Penduduk diminta jauhi gunung
JAKARTA – Penduduk di tengah Indonesia diarahkan supaya tidak mendekati kawasan kawah Gunung Berapi Karangetang yang sejak beberapa hari lalu memuntahkan lahar dan debu panas ke udara.
Pakar gunung berapi kerajaan Saut Simatupang semalam memberitahu bahawa tiada sebarang arahan berpindah dikeluarkan setakat ini walaupun kawasan sekitar lereng gunung tersebut dihuni oleh ramai orang.
Katanya, gunung berapi yang terletak di pulau Siau, 2300 kilometer ke timur laut Jakarta itu memuntahkan lahar dan menghamburkan debu setinggi 400 meter. – AP
Info geologi tentang gunung Karangetang
Struktur Kawah
Secara garis besar, kawah Gunung Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus.
Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam komplek Kawah Utama.
Peta Topografi Puncak Gunung Karangetang tahun 1962
Agaknya beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi ajang letusan dalam satu atau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunung Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara.
Dalam tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.
Pada Juli 2001, purna Letusan 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam komplek Kawah Utama. Agar menjadi simple dan mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.
-
Kondisi puncak sebelum thn. 1992, puncak tertinggi +1784 m dml.
-
Kondisi puncak dalam thn. 1993. Letusan 1992 berakhir dengan terbentuknya Kubah ’92. KII masih tersisa pada pangkal kubah. Puncak kubah melampaui puncak tertinggi Karangetang, diduga mencapai tinggi +1820 m dan menjadi puncak tertinggi G. Karangetang saat ini.
-
Kondisi puncak dalam Juni 2001. Dinding utara KIV runtuh (collapse) pada Letusan 25 Juni 2001.
-
Kondisi puncak dalam Juli 2001. Muncul kubah baru pada bekas runtuhan 25 Juni dan disebut Kubah 2001.
Pada September 1976 terjadi letusan (efusif) samping di lereng selatan yang dikenal dengan Lava Arengkambing. Letusan tersebut tidak meninggalkan lobang letusan.
Dalam Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lobang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lobang tersebut melebar dan bertambah dalam serta berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik letusan.
Stratigrafi
G. Karangetang sangat kaya dengan lava. Hampir setiap peningkatan kegiatan selalu disertai oleh leleran lava.
Peta sebaran lava piroklastik dan lahar G. Karangetang, Siau
Dalam Peta Geologi Gunungapi Karangetang (2000), batuan disusun berdasarkan hasil kegiatan gunungapi tersebut, yaitu hasil primer dan sekunder. Penamaan batuan primer diurut dengan nomor, misalnya dimulai dengan Kl. 1 (Aliran Lava 1 Karangetang ) hingga KL. 17, kecuali Lava Arengkambing yang jelas kejadiannya dalam tahun 1976. Berikut ini keterangan singkat dari stratigrafi batuan G. Karangetang dari yang tua hingga yang paling muda.
0 comments:
Post a Comment